Berdirinya Dinasti Han
Pada tahun 202 SM, Liu Bang berhasil mengalahkan
Xiang Yu serta mengangkat dirinya sebagai kaisar baru dengan gelar Han Gaodi(206-195
SM). Dinastinya dinamakan Han. Tugas pertama Liu Bang adalah memulihkan
persatuan Negara, yaitu mengembalikan provinsi dan kerajaan yang memberontak ke
dalam naungan pemerintah pusat. Ia mengganti para gubernur dan penguasa
setempat dengan saudara atau putra-putranya. Dinasti Han sempat terputus
sejenak oleh kudeta atau perebutan kekuasaan oleh seorang menteri bernama Wang
Mang, dimana ia mendirikan Dinasti Xin(9-25 SM). Namun, Kaisar Han Guangwu(25-57
SM), yang juga dikenal dengan Guang Wudi, berhasil membangkitkan kembali
Dinasti Han. Dalam kurun waktu pemerintahan Dinasti Han terbagi dalam 2 periode
yakni, masa sebelum pemberontakan Wang Mang yang disebut Han Barat dan
sesudahnya dinamakan Han Timur.
- Dinasti Han Barat Setelah Liu Bang
Han Gaodi terbunuh pada tahun 195 SM oleh tembakan
anak panah musuh. Selama enam belas tahun berikutnya, pemerintahan dikendalikan
oleh janda Liu Bang yang bernama Ratu Lu Hou. Ia membunuh empat putra Gaodi yang lainnya beserta ibu mereka
masing-masing. Huidi yang merupakan putra dan pengganti Gaodi yang ketakutan
akhirnya membiarkan dirinya tenggelam dalam baying-bayang pengaruh ibunya itu.
Ketika Huidi meninggal tanpa pengganti, Ratu Lu menempatkan dua orang kaisar
boneka yang masih bayi(putra selir-selir Huidi), Shaodi Kong dan Shaodi Hong,
yang berturut-turut ke atas tahta dan menjadi wali bagi mereka. Namun,
kekuasaan sebenarnya berada di tangan Ratu Lu sendiri.
Ketika Ratu Lu wafat, sanak keluarganya berusaha
merebut tahta, namun tiga putra Gaodi yang masih hidup menggaggalkan usaha itu
dan membantai seluruh keluarga Lu. Para putra Gaodi yang masih hidup itu lalu
memilih Liu Heng sebagai kaisar baru dengan gelar Wendi(180-257 SM). Ia
menjadikan Konfusiunisme sebagai falsafah pemerintahannya. Wendi menghindari petualangan
–petualangan militer berisiko ke luar negeri. Kehidupan ekonomi mengalami
kestabilan dalam masa pemerintahannya. Oerdagangan berkembang pesat dan
lumbung-lumbung kerajaan dipenuhi oleh bahan pangan yang dicadangkan. Wendi
membiayai lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan Konfusianisme serta
merekrut para sarjana yang berbakat dari sana. Hukuman fisik yang kejam dari
masa Dinasti Qin dihapuskan.
Wendi digantikan oleh putranya yang bergelar
Jingdi(157-141). Semasa pemerintahan Jingdi, terjadi pemberontakan oleh tujuh
Negara bagian yang berhasil dipadamkannya dengan bengis. Dibawah
pemerintahannya, Cina memperoleh persatuannya, biarpun hanya secara
administrative belaka. Kaisar Han berikutnya adalah Han Wudi(141-87) yang
merupakan salah seorang penguasa Dinasti Han yang memerintah terlama. Ia
menduduki tahta selama lebih dari 50 tahun. Ia bukanlah seorang ahli militer
serta tidak terlibat secara langsung dalam pertempuran, namun kerajaannya
bertambah dua kali lipat. Pada akhir masa pemerintahannya, terjadi perang
saudara antarkeluarga berpengaruh di istana. Para pejabat istana saling
berperang untuk memperebutkan pengaruh atau dominasi di istana. Perang
berkepanjangan ini mengakibatkan Wudi tidak sanggup menunjuk penggantinya. Baru
dua hari menjelang wafatnya, Wudi menunjuk putranya Liu Fuling sebagai putra
mahkota.
Liu Fuling naik tahta dengan gelar Zhaodi(87-74 SM),
tetapi tak lama meninggal secara misterius tatkala baru berusia 22 tahun.
Penggantinya adalah cucu Wudi dengan selir Li yang bernama Liu He. Namun, ia
hanya dapat memerintah selama 25 hari saja sebelum disingkirkan oleh para
pejabat yang mengaggapnya tidak becus memerintah. Penggantinya adalah cucu Wudi
lainnya dengan ratu Wei bernama Liu Bingyi(gelar Xuandi dari 74-49 SM). Xuandi
merupakan kaisar lemah lemah yang tidak berhasil mengendalikan para keluarga
berpengaruh di istana. Xuandi digantikan oleh putranya dengan Ratu Xu yang naik
tahta dengan gelar Yuandi(49-33 SM). Yuandi bertindak lebih jauh dengan
melakukan berbagai penghematan di istana, namun tindakan ini tidak memperbaiki
nasib Dinasti Han yang sedang merosot pamornya.
Pengganti Yuandi yang bergelar Chengdi(33-7)
merupakan seorang pemuda lemah berusia 19 tahun yang masih belum layak memegang
pemerintahan kekaisaran. Chengdi alias Liu Ao itu suatu ketika jatuh cinta dengan seorang selir keturunan rakyat jelata
bernama Zhao Feiyan dan rela menggeser posisi permaisurinya sendiri yang
bermarga Xu dan membunuh dua oran putranya.
Kaisar Han berikutnya yang bergelar Aidi(7-1 SM) adalah
seorang homoksesual. Ia memberikan seorang pemuda yang bernama Dong Xian
kekayaan yang berlimpah dan bersedia menyerahkan tahtanya. Kekuasaan segera
jatuh ke tangan Ibu suri Wang ketika Aidi wafat. Ibu suri lalu memberikan
jabatan tinggi pada Wang Mang, keponakannya. Wang Mang mengaangkat seorang anak
berusia 8 tahun dengan gelar Pingdi(1 SM-6 M). Setelah Pingdi wafat, Wang Mang
mengganti pengganti yang berusia 2 tahun dengan gelar Ruzi(7-9 M). 2 tahun
kemudian, Wang Mang mengambil alih meterai kerajaan dan mengangkat dirinya
sendiri sebagai kaisar.
Zhaodi, Xuandi, dan Yuandi adalah tiga kaisar Dinasti
Han yang menerapkan politik reformasi dengan tujuan memperingati penderitaan
serta beban hidup rakyat. Mereka menghindari petualangan-petualangan militer, mengurangi
pajak, dan menghapuskan hukuman-hukuman yang dirasa berat bagi rakyat zaman
itu.
- Bangkit dan Berkembangnya Kembali Dinasti Han Timur
Jatuhnya Wang Mang dari kursi kekuasaan diikuti oleh
dua tahun perang saudara antar berbagai faksi yang meperebutkan tahta. Salah
satu kelompok terkuat diantara mereka adalah Gerombolan Alis Merah. Ketika kaum
pemberontak ini bergerak kea rah barat, para anggota keluarga Dinasti Han
terdahulu berusaha memanfaatkan mereka untuk merebut kembali kekuasaan. Namun
para anggota kerajaan tidak dapat menyepakati siapa diantara mereka yang naik
tahta, dan seorang tuan tanah bernama Liu Xiu mengangkat dirinya sebagai kaisar
degan gelar Guang Wudi(157-141 SM).
Tugas utama yang harus dilakukannya adalah melakukan konsolidasi dan
membangun kembali Negara yang telah hancur. Untuk memperkuat otoritas kerajaan,
Guang Wudi mengangkat putra-putranya sebagai gubernur serta raja-raja muda di
daerah, dan sesudah Negara aman kembali barulah ia mulai membatasi kekuasaan
mereka. Sebagai seorang penganut Konfusianisme yang setia, Guang Wudi
menjalankan kembali ritual penghormatan terhadap leluhur dan memajukan
pendidikan. Hingga menjelang akhir pemerintahannya, sebagian besar pejabat
daerah kerajaan dipilih melalui ujian Negara. Meskipun demikian, Guang Wudi
masih berusaha untuk mempertahankan
kekuasaan di tangannya sendiri yakni dengan jalan membatasi kekuasaan
para pejabat tinggi. Guang Wudi
digantikan Liu Yang, putranya dengan Ratu Yin Lihua. Ia naik tahta dengan gelar
Mingdi(57-75 M). semasa pemerintahannya, kemakmuran dan keamanan secara
bertahap mulai tumbuh kembali sehingga memungkinkan Cina untuk mulai melebarkan
sayapnya.
Antara tahun 43-44, seorang jenderal Ma Yuan dikirim
untuk memadamkan pemberontakkan di selatan sehingga meneguhkan dominasi Cina di
bagian tengah Vietnam. Seorang jenderal brilian lainnya bernama Ban Chao,
meluaskan tapal batas Dinasti Han dengan jalan menaklukkan bangsa Mongol dan
suku barbar Xiongnu. Meskipun Mingdi
merupakan seorong penyokong Konfusinisme, ia adalah seorang pemimpin yang
berpandangan sempit dan suasana di istana dipenuhi ketakutan. Para pejabatnya
sering kali menjadi korban penganiyaan dan hukuman pada saat itu sangat keras.
Kebijakan Mingdi untuk mengalakkan proyek-proyek umum, seperti memperbaiki
bendungan Sungai Kuning serta meningkatkan system transportasi gandum dari
belahan timur kerajaan memerlukkan pengerahan tenaga besar-besaran dari
kalangan rakyat. Rakkyat pun memprotes hal ini, Karenna mereka harus bekerja
keras, sementara kalangan bangsawan dapat hidup bermewah diri.
Mingdi digantikan oleh Zhangdi (75-88) yang merupakan
putra kelima Wudi. Pada zamannya, terjadi kerukunan antaranggota keluarga
kerajaan. Liu Zhao kemudian menggantikan Zhandi dengan gelar Hedi(88-106). Pada
masa pemerintahan Hedi, Dinasti Han mengalami kemunduran karena diperintah oleh
kaisar yang masih bocah. Zaman pemerintahan Hedi ditandai dengan berbagai
bencana yang terjadi antara tahun 92 hingga 100, seperti serangan hama
belalang, kekeringan, dan banjir. Untuk mencegah terjadinya perampokkan atau
kerusuhan besar-besaran, pemerintah berperan aktif dalam menolong rakyat yang
menderita dengan jalan menghapuskan pajak, membagikan cadangan gandum yang
disimpan dalam lumbung Negara, dan mengizinkan kaum miskin untuk berburu serta
memancing ditanah-tanah milik Negara.
Ketika kaisar Hedi wafat, tidak satupun dari permaisurinya
yang memiliki keturunan, lalu ibu suri mengangkat putra Hedi dengan seorang
selir yang baru berusia 3 bulan sebagai Kaisar Shangdi. Belum genap 3 bulan,
kaisar bayi ini juga wafat dan sebagai gantinya dipiilih keponakan Hedi yang
berusia 12 tahun dengan gelar Andi. Bencana alam dan sengketa perbatasan dengan
suku-suku perbatasan(khususnya Asia Tengah) terjaddi berulang kali semasa
pemerintahan kaisar Andi ini. Ketika Andi wafat pada tahun 125, ratu Yan
memilih cucu kaisar Zhangdi sebagai Kaisar Shaodi yang hanya sempat memerintah
beberapa bulan saja. Kaum kasim lalu menggulingkan dan membunuhnya, karena
lebih memilih putra Andi dengan selir Li yang baru berusia 11 tahun untuk
didudukkan diatas singgasana. Putra tersebut diangkat menjadi kaisar baru
dengan gelar Shundi.
Permaisuri Shundi tidak memiliki keturunan sehingga
dipilihlah Chongdi, putra Shundi dari selir Yu sebagai kaisar. Ia wafat setelah
lima bulan memerintah di usia 2 tahun. Penggantinya, Zhidi, juga masih berusia
delapan tahun dan hanya sempat memerintah selama 16 bulan. Selanjutnya
pemerintahan dipegang oleh Huandi yang
berusia 14 tahun. Pukulan berat bagi Dinasti Han berupa gempa bumi pada tahun
151 yang disusul hama belalang pada tahun 153. Hal ini mengakibatkan
penderitaan bagi rakyat sehingga timbul pemberontakan di seantero negeri.
Huandi yang putus asa kemudian menarik diri dari kehidupan istana dan menyerahkan kekuasaan
pada kaum Keberi. Lalu ibusuri Duo memilih keturunan kaisar Zhandi lainnya sebagai penguasa dengan gelar Lingu.
Komentar
Posting Komentar