Teori Kemiskinan

Kemiskinan adalah definisi dari “kurangnya kesejahteraan”. Pendapat konvensional mengaitkan kesejahteraan terutama dengan kepemilikan barang, sehingga masyarakat miskin diartikan sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan atau konsumsi yang memadai untuk membuat mereka berada diatas amabang minimal kategori sejahtera. Pandangan ini lebih melihat kemiskinan dalam kaitannya dengan masalah keuangan.  Secara konsepsional pakar-pakar yang mengkaji bidang kemiskinan, memberikan sudut pandang yang relative berbeda tentang kemiskinan. Seorang ahli sosiologi memberikan konsep kemiskinan sebagai suatu keadaan masyarakat yang secara moral dan material berada di bawah standart kehidupan yang ditentukan oleh masyarakat (Theodorson & Archelle Theodorson 1967). Berbeda dengan teori Neo-Liberal yang dikemukakan oleh Cheyne, et al (1998) memberikan konsep kemiskinan yang absolute dimana kemiskinan dilihat dari ketidakupayaan individu-individu dalam masyarakat untuk memenuhi keperluan bidang ekonomi. Sedangkan disisi lain mereka memandang kaum sosial demokrat tentang konsep kemiskinan sebagai kemiskinan relative, yang juga kemiskinan atas dasar ekonomi, sebagai akibat kepincangan sistem ekonomi. 


Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional. Dimensi kemiskinan mencakup empat pokok perkara, yaitu kurangnya kesempatan, rendahnya kemampuan, kurangnya jaminan, serta ketidakupayaan. Chyne, et al (1998) membagi kemiskinan menjadi dua dimensi yaitu kemiskinan absolute dan kemiskinan relative
1.      Kemiskinan Absolute
Seseorang dikategorikan termasuk ke dalam golongan miskin absolut apabila hasil pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimum, yaitu: pangan, sandang, kesehatan, papan, dan pendidikan.
2.      Kemiskinan Relatif. Seseorang yang tergolong miskin relatif sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan tetapi masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya.
Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan tidak mencukupi untuk memenuhi keperluan hidup pangan, sandang dan papan, pendidikan, serta kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh terlalu besarnya jumlah keluarga atau rendahnya produktivitas atau juga dapat terjadi karena kedua-duanya. Adapun ciri-ciri kemiskinan menurut Supriatna (2000) :
1.      Penduduk miskin pada umumnya tidak memiliki faktor pengeluaran sendiri (tanah), jikapun mereka memiliki hamya dalam jumlah yang terbatas, sehingga kemampuan untuk memperoleh pendapatan menjadi sangat terbatas.
2.      Tidak memperoleh kemungkinan untuk mendapatkan asset pengeluaran dengan kemampuan sendiri, termasuk sulitnya untuk mendapatkan kredit yang sesuai dengan kehidupan masyarakat umunya, sehingga mereka sulit untuk berkembang.
3.      Tinggkat pendidikan pada umumnya rendah, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kurang memadahi. Hal ini disebabkan karena waktu yang mereka miliki dihabiskan untuk mencari nafkah sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk belajar. Biasanya anak-anak dari keluarga miskin tidak dapat menyelesaikan sekolahnya dikarenakan harus membantu orangtua mereka untuk mendapatkan penghasilan tambahan.
4.      Banyak diantara mereka bertempat tinggal didaerah yang terisolir, sehingga mereka tidak memiliki kesempatan atau akses untuk merasakan fasilitas sosial dan ekonomi.
5.      Tidak adanya alternatif mata pencaharian selain yang dapat mereka kerjakan.
6.      Lingkungan sosial dan budaya tidak mendorong mereka untuk berprestasi dan maju dalam kehidupan.
Beberapa pendapat diatas apabila difahami lebih mendalam dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiskinan dalam arti ekonomi adalah suatu gejala yang ada diwilayah penduduk miskin yang berkaitan dengan rendahnya pendapatan (income).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPE-TIPE VOKAL DAN JANGKAUAN VOCAL(VOCAL RANGE) WANITA

Curhat : Ada Apa Dengan Yuri On Ice???

Antropologi : Sistem Religi